JEJAK PERTAPAAN PRABU SILIWANGI DI GUA SUNGING, SUKABUMI
suasana dalam GUA |
peta lokasi |
Re-post oleh : reys forever
Diketahui kalau dulu Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjajaran sering bertapa di dalam gua. Gua Sungging di Sukabumi pun dipercaya sebagai salah satu tempat pertapaannya dulu.
'Ini adalah buaya putih yang menjaga ruang Prabu Siliwangi,' kata pak Nadmudin sambil menunjuk ke atas. Memang benar pada langit-langit gua terdapat barisan Stalaktit yang berbaris sedemikian rupa sehingga membentuk sosok buaya yang besar.
Adapun 'ekor' dari buaya ini mengarah ke sebuah lorong. Lorong itu menuju ke ruangan Prabu Siliwangi. Sayangnya pak Nadmudin tidak bersedia mengajak kami menelusuri lorong tersebut dan melihat ruangan di dalamnya.
Selain ruang Prabu Siliwangi, di dalam gua juga terdapat batu berputar, pintu penjara, ruang musyawarah, Mata Air Cikahuripan, taman, bahkan kawah. Meski kawah di sini bukan kawah vulkanik yang mengeluarkan gas beracun.
Yang disebut kawah di dalam Gua Sungging ini adalah sebuah lubang menganga yang cukup besar di ujung salah satu lorong. Lubang ini terlihat sangat dalam, tak ada yang tahu berapa dalamnya.
Beberapa formasi stalaktit, stalakmit dan batuan juga berbentuk unik. Ada satu stalaktit yang bentuknya tidak runcing. Ujung dari stalaktit yang menggantung itu berbentuk menyerupai kepala ular. Oleh pak Nadmudin, sesuatu itu disebut ular putih. Ada juga formasi batu di lantai gua yang terbentuk sedemikian rupa sehingga terlihat seperti badak bercula. Batu ini disebut Badak Putih.
Pak Nadmudin bercerita bahwa sebelum banyak dikunjungi oleh wisatawan, Gua Sungging ini sebenarnya sudah sering dikunjungi orang. Meski tujuannya bukan untuk wisata, tapi untuk tujuan yang lain.
Ada yang bertapa hingga yang mengasingkan diri. Malah pada saat-saat menjelang ujian, banyak juga pelajar yang mengunjungi Gua Sungging ini dalam upaya mengalap berkah supaya ujiannya lulus. Malah ada juga pejabat dan apparat pemerintah yang mengunjungi gua ini untuk tujuan tertentu.
Interior dari Gua Sungging berupa lorong-lorong yang sejajar. Antar lorong dihubungkan dengan lubang yang menyerupai pintu. Lorong-lorong yang bercabang ini cukup membingungkan. Kalau orang yang pertama kali masuk ke sana dan tidak ditemani penjaga, maka dia bisa tersesat.
Ketinggian langit-langit gua pun bervariasi. Ada yang tinggi ada juga yang sangat rendah. Sehingga untuk melewatinya traveler harus membungkukkan badan. Dinding dan lantai gua berupa batu cadas berwarna kuning. Suasana di dalam terbilang panas, cukup untuk membuat kami semua basah kuyup oleh keringat.
Menurut pak Nadmudin, rangkaian lorong yang membentuk Gua Sungging ini mencapai 6 hektar. Kalau mau menjelajah setiap jengkal ruangannya, bisa menghabiskan waktu sampai dua hari. Penjelajahan kami yang hanya mengunjungi beberapa tempat itu saja sudah menghabiskan waktu sekitar dua jam.
Satu hal lagi yang unik dari Gua Sungging ini adalah, mulut guanya ditutup tembok dan dipasangi pintu. Kalau tidak ada pengunjung, pintu ini akan dikunci. Pak Nadmudin menerangkan, awalnya pintu gua ini tidak ada temboknya, alami apa adanya seperti mulut gua pada umumnya.
Namun pernah kejadian ada orang yang masuk sendiri tanpa ditemani penjaga. Karena di dalam gua itu lorongnya banyak dan bercabang-cabang, orang ini sampai tersesat. Untuk mencegah terjadinya hal serupa, maka pintu gua akhirnya ditembok dan pintunya dikunci.
Pak Nadmudin adalah penjaga sekaligus pemilik dari lahan yang di bawahnya ada Gua Sungging. Beliau menjadi penjaga gua meneruskan tugas ayahnya. Jadi tugas menjadi penjaga gua ini merupakan tugas turun-temurun.
Bisa jadi pak Nadmudin ini, leluhurnya masih ada hubungannya dengan Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi. Mungkin sanak saudara atau para punggawanya.
Gua Sungging memang belum begitu terkenal. Saat ke sana, yang mengunjungi Gua Sungging hanya rombongan kami saja, lainnya tidak ada. Gua yang terletak di Desa Gunung Sungging, Kecamatan Surade, Sukabumi ini masih berada di daerah Ujung Genteng. Jadi kalau mau berwisata ke Ujung Genteng, maka Gua Sungging bisa ditambahkan ke daftar destinasi.
Untuk mencapai lokasi gua memang agak ribet. Silahkan lihat foto peta yang saya sertakan. Peta tersebut mengambil patokan pertigaan antara ke Cikaso dan ke Ujung Genteng. Kalau mau ke sana sebaiknya Anda menggunakan kendaraan pribadi yang berukuran kecil, paling besar Elf. Karena jalan masuknya sempit.
Gua ini berada di perut sebuah bukit kecil yang tidak jauh dari perkampungan warga. Hampir semua orang di Desa Gunung Sungging ini tahu lokasinya. Jadi kalau ke sana, Anda bisa tanya-tanya ke penduduk setempat kalau kesulitan mencapai lokasi.
Selain guanya yang misterius, Desa Gunung Sungging juga mempunyai pemandangan yang indah. Hamparan sawah dan sungai kecil berair jernih memberikan daya tarik. Ditambah lagi keramahan penduduknya.
Dan yang tidak boleh dilewatkan adalah kelapa segar yang dipetik mendadak dari pohonya. Selepas menjelajah gua yang panas, air kelapa yang manis dan seperti bersoda ini menjadi penyejuk yang tiada bandingnya. Selamat menjelajah.
Diketahui kalau dulu Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjajaran sering bertapa di dalam gua. Gua Sungging di Sukabumi pun dipercaya sebagai salah satu tempat pertapaannya dulu.
'Ini adalah buaya putih yang menjaga ruang Prabu Siliwangi,' kata pak Nadmudin sambil menunjuk ke atas. Memang benar pada langit-langit gua terdapat barisan Stalaktit yang berbaris sedemikian rupa sehingga membentuk sosok buaya yang besar.
Adapun 'ekor' dari buaya ini mengarah ke sebuah lorong. Lorong itu menuju ke ruangan Prabu Siliwangi. Sayangnya pak Nadmudin tidak bersedia mengajak kami menelusuri lorong tersebut dan melihat ruangan di dalamnya.
Selain ruang Prabu Siliwangi, di dalam gua juga terdapat batu berputar, pintu penjara, ruang musyawarah, Mata Air Cikahuripan, taman, bahkan kawah. Meski kawah di sini bukan kawah vulkanik yang mengeluarkan gas beracun.
Yang disebut kawah di dalam Gua Sungging ini adalah sebuah lubang menganga yang cukup besar di ujung salah satu lorong. Lubang ini terlihat sangat dalam, tak ada yang tahu berapa dalamnya.
Beberapa formasi stalaktit, stalakmit dan batuan juga berbentuk unik. Ada satu stalaktit yang bentuknya tidak runcing. Ujung dari stalaktit yang menggantung itu berbentuk menyerupai kepala ular. Oleh pak Nadmudin, sesuatu itu disebut ular putih. Ada juga formasi batu di lantai gua yang terbentuk sedemikian rupa sehingga terlihat seperti badak bercula. Batu ini disebut Badak Putih.
Pak Nadmudin bercerita bahwa sebelum banyak dikunjungi oleh wisatawan, Gua Sungging ini sebenarnya sudah sering dikunjungi orang. Meski tujuannya bukan untuk wisata, tapi untuk tujuan yang lain.
Ada yang bertapa hingga yang mengasingkan diri. Malah pada saat-saat menjelang ujian, banyak juga pelajar yang mengunjungi Gua Sungging ini dalam upaya mengalap berkah supaya ujiannya lulus. Malah ada juga pejabat dan apparat pemerintah yang mengunjungi gua ini untuk tujuan tertentu.
Interior dari Gua Sungging berupa lorong-lorong yang sejajar. Antar lorong dihubungkan dengan lubang yang menyerupai pintu. Lorong-lorong yang bercabang ini cukup membingungkan. Kalau orang yang pertama kali masuk ke sana dan tidak ditemani penjaga, maka dia bisa tersesat.
Ketinggian langit-langit gua pun bervariasi. Ada yang tinggi ada juga yang sangat rendah. Sehingga untuk melewatinya traveler harus membungkukkan badan. Dinding dan lantai gua berupa batu cadas berwarna kuning. Suasana di dalam terbilang panas, cukup untuk membuat kami semua basah kuyup oleh keringat.
Menurut pak Nadmudin, rangkaian lorong yang membentuk Gua Sungging ini mencapai 6 hektar. Kalau mau menjelajah setiap jengkal ruangannya, bisa menghabiskan waktu sampai dua hari. Penjelajahan kami yang hanya mengunjungi beberapa tempat itu saja sudah menghabiskan waktu sekitar dua jam.
Satu hal lagi yang unik dari Gua Sungging ini adalah, mulut guanya ditutup tembok dan dipasangi pintu. Kalau tidak ada pengunjung, pintu ini akan dikunci. Pak Nadmudin menerangkan, awalnya pintu gua ini tidak ada temboknya, alami apa adanya seperti mulut gua pada umumnya.
Namun pernah kejadian ada orang yang masuk sendiri tanpa ditemani penjaga. Karena di dalam gua itu lorongnya banyak dan bercabang-cabang, orang ini sampai tersesat. Untuk mencegah terjadinya hal serupa, maka pintu gua akhirnya ditembok dan pintunya dikunci.
Pak Nadmudin adalah penjaga sekaligus pemilik dari lahan yang di bawahnya ada Gua Sungging. Beliau menjadi penjaga gua meneruskan tugas ayahnya. Jadi tugas menjadi penjaga gua ini merupakan tugas turun-temurun.
Bisa jadi pak Nadmudin ini, leluhurnya masih ada hubungannya dengan Raja Pajajaran, Prabu Siliwangi. Mungkin sanak saudara atau para punggawanya.
Gua Sungging memang belum begitu terkenal. Saat ke sana, yang mengunjungi Gua Sungging hanya rombongan kami saja, lainnya tidak ada. Gua yang terletak di Desa Gunung Sungging, Kecamatan Surade, Sukabumi ini masih berada di daerah Ujung Genteng. Jadi kalau mau berwisata ke Ujung Genteng, maka Gua Sungging bisa ditambahkan ke daftar destinasi.
Untuk mencapai lokasi gua memang agak ribet. Silahkan lihat foto peta yang saya sertakan. Peta tersebut mengambil patokan pertigaan antara ke Cikaso dan ke Ujung Genteng. Kalau mau ke sana sebaiknya Anda menggunakan kendaraan pribadi yang berukuran kecil, paling besar Elf. Karena jalan masuknya sempit.
Gua ini berada di perut sebuah bukit kecil yang tidak jauh dari perkampungan warga. Hampir semua orang di Desa Gunung Sungging ini tahu lokasinya. Jadi kalau ke sana, Anda bisa tanya-tanya ke penduduk setempat kalau kesulitan mencapai lokasi.
Selain guanya yang misterius, Desa Gunung Sungging juga mempunyai pemandangan yang indah. Hamparan sawah dan sungai kecil berair jernih memberikan daya tarik. Ditambah lagi keramahan penduduknya.
Dan yang tidak boleh dilewatkan adalah kelapa segar yang dipetik mendadak dari pohonya. Selepas menjelajah gua yang panas, air kelapa yang manis dan seperti bersoda ini menjadi penyejuk yang tiada bandingnya. Selamat menjelajah.
sumber : Irpan Rispandi - d'Traveler
0 komentar:
Posting Komentar
terima kasih sudah berkunjung ke blog kami :)